Senin, 04 April 2011

Travel Lomographer, sebuah pilihan?


LC-A+ edisi khusus

Buat saya, salah satu hal paling menyenangkan dari acara jalan-jalan adalah memotret.

Sebelumnya saya selalu mengandalkan kamera DLSR untuk kegiatan satu ini, selain karena kemudahannya untuk dikelola lebih lanjut secara artistik dan estetik, juga karena ini adalah jaman digital :-)

Sampai sekitar dua tahun yang lalu, saya menemukan lagi gairah menggunakan kamera analog, setelah saya berkenalan dengan lomografi.

Beberapa orang mungkin agak mencibir dengan bidang fotografi yang satu ini, karena terkesan ecek-ecek alias murahan. Bisa jadi orang berpendapat begitu, karena kamera lomo yang penampilannya kurang meyakinkan dan rata-rata harganya murah. Kalaupun ada yang premium, harganya masih jauh lebih murah dibandingkan kamera DSLR tingkat pemula.

Tapi begitu mencoba, saya jamin akan ketagihan, karena sensasinya berbeda.

Sebagai pengguna kamera lomo, kita selalu tidak bisa menebak hasil foto kita, sampai nanti foto itu selesai diproses (cuci, cetak & scan). Bahkan terkadang, meskipun menggunakan roll film yang sama, sering terjadi perbedaan antara satu frame dengan frame yang lainnya.

Pada akhirnya saya berkesimpulan, bahwa kamera-kamera lomo OK juga dijadikan pilihan untuk teman jalan-jalan. Foto-foto saya terasa lebih unik, terlebih jika disusun menjadi sebuah lomowall alias tembok lomo.

Hmmm untuk menyaingi travel fotografer yang sudah segambreng jumlahnya, kaya' nya lucu juga, kalau saya mencoba untuk mengawali menjadi Travel Lomografer hehehe ... ;-)


satu set LC-A+ dan paketannya
Saya memilih LC-A+ sebagai kamera lomografi saya. Karena kamera ini tergolong mudah penggunaannya untuk pemula dibandingkan brand-brand yang lainnya (Diana, Holga dll), tingkat kegagalannya rendah. Selain itu juga ukuran film yang digunakan adalah jenis 135 mm.

O iya, satu lagi yang menarik dari lomografi adalah mottonya. DON'T THINK, JUST SHOOT. Gak perlu pusing-pusing mikirin aturan baku fotografi. Hajar aja. Karena setiap frame adalah unik dan berharga.


Seperti apa hasilnya?
Coba lihat foto-foto di bawah ini!

Lomographia: Lomowall of Thailand Trip 2011

Ini adalah sebuah LOMOWALL yang saya susun dari hasil flashpackeran ke Thailand bulan February 2011.

Semua foto-foto ini diambil dengan kamera LOMO LC-A+, dengan memakai film slide positif Kodak Elitchrome EBX iso 100, yang diproses secara silang dengan proses C-41 (proses film negatif) lalu discan ke bentuk digital.

Semua efek (kedalaman warna, vignette, multieksposure, kebocoran cahaya, kontras yang dalam, pendaran keemasan, kesan blur dan fokus yang halus) adalah asli dikarenakan pemilihan film, efek proses silang, dan kesalahan optikal serta fitur dari kamera LC-A+.

Saya hanya menggunakan Photoshop CS2 untuk menyesuaikan ukuran dan mengatur gambar-gambarnya menjadi sebuah LOMOWALL alias tembok LOMO.

Kalau berungtung, maka anda akan melihat garis-garis imajiner yang menyerupai hati, segitiga, bentuk orang yang sedang menunduk berdoa, serta efek fish eye yang terbentuk akibat susunan gambar-gambar di dalamnya. Sebagai bonus, anda juga akan melihat empat foto ganteng saya! hehehe ;-p

Lokasi:
- Dalam Kota Bangkok.
- Wat Pho, Bangkok.
- Grand Palace, Bangkok.
- Wat Phratat Doi Suthep, Chiang Mai.
- Wat Chedi Luang, Kota Tua Lanna, Chiang Mai.
- Royal Pavillion, Taman Ratchapruek, Chiang Mai.

Atau yang foto-foto berikut ini. Yang juga diambil dengan kamera LC-A+, hanya saja diekspos dengan film Kodak Elitechrome iso 200.

jajaran sepeda tua di pelataran depan Museum Fatahillah, Jakarta
Museum Fatahillah, Jakarta
salah satu sisi bangunan di Kota Tua Jakarta
bola-bola batu di pelataran sekitar Museum Fatahillah, Jakarta

Menarik khan?
So, ada yang mau coba?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar