Selasa, 18 Oktober 2011

a Prewedding Video of Vina & Lutfi: LOVE IS


Client: Vina & Lutfi
Director: Badai Taufan
Director of Photography: Bartian Rachmat
Script Writer: Bartian Rachmat
Editor: Badai Taufan
Produced by Saba|Saka Visual Art @ 2011

=========================

Catatan Produksi:
Sesuai permintaan Vina dan Lutfi sebagai client. Script video ini saya buat dalam konsep semi-dokumenter yang kocak, dengan beberapa scene konyol, namun tetap romantis. Mereka tidak berperan menjadi orang lain, kecuali diri mereka sendiri.

Proses shooting berlangsung selama hampir satu hari penuh. Dimulai dari malam sebelumnya, dimana kami melakukan shooting untuk mengambil stock gambar karaoke bersama dengan lagu dan kostum a la 80an (karena gak mungkin nenteng lampu gaban ke areal IV, jadi agak remang). Dan dilanjutkan esok harinya untuk scene-scene: ice skating, pergi ke bengkel, dan piknik bersama, dari pagi hingga malam lagi. Pfiuuuuh ...

Buat saya, salah satu scene yang paling sulit sekaligus pada akhirnya menjadi favorit, adalah scene ice skating (terutama di menit ke 6:14. It is so you, Vin! haha). Sebagai DoP saya harus mengambil gambar dari jarak jauh, dan kucing-kucingan dengan security yang menjaga lokasi di sekitar Ice Ring, yang berada di salah satu mall terkenal di Jakarta Barat itu.

Vina dan Lutfi, hanya kami arahkan sebelum memasuki Ice Ring, untuk bermain sepuas-puasnya dan tanpa beban. Dan untuk memberi tahu bahwa stock gambar dirasa cukup atau kurang, kami berkomunikasi dari jarak jauh melalui hp.

Kesulitan lain dari shooting di Ice Ring ini adalah, karena saya harus mengambil gambar dengan lensa tele tanpa tripod. Yang berarti saya harus memegang kamera berlensa panjang ini, dengan kokoh, sambil mengatur fokus dan deg-degan menghindari petugas security. Alhamdulillah nya, stock scene stabil yang didapat jumlahnya cukup, dan memuaskan.


Sedangkan shooting scene-scene lainnya, terbilang cukup lancar dan tanpa hambatan berarti.

Setelah hampir dua bulan lebih, akhirnya video ini berhasil dirampungkan (karena sempat terhambat oleh computer sang editor yang crash berulang kali). Dan saya berkesempatan menyaksikan pemutaran video ini di acara resepsi pernikahan Vina dan Lutfi.

Alhamdulillah sambutan yang datang cukup memuaskan, terutama dari Vina dan Lutfi sendiri. Dan itu adalah hal yang jauh lebih menyenangkan dari bayaran yang kami terima untuk mengerjakan project video ini.

Dan saat ini, saya sedang bersiap-siap untuk mengerjakan project film pendek saya. Doakan yaaaa ...

Selasa, 02 Agustus 2011

[Photo Portfolio]: Mixed Media Photography



Photography & Mix Media by: Bartian Rachmat (BaRT)
Photo is transfered by Gel Medium and responsed by poster paint.

Minggu, 17 Juli 2011

[Photo Portfolio]: Sudden That

Photographer & Editor: Bartian Rachmat (BaRT)
Stylist: Bartian Rachmat (BaRT)
MUA: Selvana Quatreu (Ana)
Model: Taufan Gio
@July 2011

[Photo Portfolio]: Beauty Photoshoot of Icha


Photographer & Editor: Bartian Rachmat (BaRT)
Make Up Artist: Felita, Lasalle College
Model: Anissa Nuradi (Icha)
@July 2011

Senin, 27 Juni 2011

Bruce Lee & The Tao Of Photography


Artikel berikut ini adalah sebuah saduran bebas -dengan beberapa notifikasi pribadi dari saya-, yang saya ambil dari website Invisible Photographer Asia. Saya merasa perlu men-sharingnya, terutama untuk diri sendiri dan kawan-kawan yang sedang membutuhkan semangat dalam mempelajari fotografi.

Artikel ini mengutip beberapa kalimat-kalimat filosofis yang disarikan oleh Bruce Lee dari seni bela diri yang dikuasai dan dikembangkannya. Meskipun begitu, saya merasa, bahwa kalimat-kalimat yang bersifat membangkitkan motivasi ini bersifat universal karena dapat diaplikasikan secara luas dalam banyak aspek kehidupan.

Selamat membaca dan semoga berguna.

Sabtu, 18 Juni 2011

[Photo Portfolio]: Beauty Photoshoot of Ana


Concept, Photographer & Editor: Bartian Rachmat (BaRT)
Make Up Artist: Ricka Mayangsari (Ricka)
Model: Selvana Quatreu (Ana)
Assistant: Sandoz & Gio
@June 2011

Kamis, 07 April 2011

[Foto Jurnal]: Campuhan Ridge Walk, Ubud, Bali

Guys,
kalau kalian suka motret dan suatu saat berkesempatan main-main ke Ubud, coba datang ke Campuhan Ridge Walk. Itu adalah sebuah jalan setapak di bukit Campuhan, yang kanan kirinya diapit jurang dengan sungai yang berada di dasarnya. Waktu yang saya sarankan adalah di pagi hari, sebelum jam 10.

Daerah yang rendah polusi dan posisi matahari yang belum terlalu tinggi, akan memudahkan kalian untuk mendapatkan foto-foto pemandangan dengan langit yang dramatis. Gak perlu filter macam-macam, cukup CPL (untuk DSLR)!

Kalian bisa memotret sambil olahraga menyusuri bukit Campuhan. Jangan lupa bawa air minum ya. Karena sama sekali gak ada warung di sepanjang jalan itu. Tapi kalau kalian sudah sampai di ujung nya, coba untuk memasuki jalan desa yang di kanan kirinya terdapat banyak gallery dari seniman-seniman lokal. Setelah itu kalian akan menemukan Kafe Karsa.

Sambil istirahat (ditemani es kelapa muda), kalian bisa melanjutkan memotret suasana sawah dan pedesaan, lengkap dengan gunung yang menjadi latar belakangnya. Pokoknya gambar khas jaman kita SD gitu lah!

Btw, ini adalah foto-foto yang saya ambil di sekitar Campuhan Ridge Walk. Keseluruhan foto mungkin terlihat terlalu dramatis, soalnya waktu ngedit mood saya juga lagi agak-agak dramatis. Hehehehe ... ;-p

Ok, enjoy them! ;-)

jalan setapak di punggung bukit
pucuk-pucuk padi
sebuah bagian atap mini gallery di ujung Campuhan Ridge Walk
ujung ilalang tempat burung mengistirahatkan sayapnya
lansekap sawah dan desa di ujung Campuhan Ridge Walk, diambil dari teras Kafe Karsa
diubah dalam bentuk hitam putih pun, lansekap ini tetap menawan
lansekap vertikal
yang hidup sunyi menunggu mati

Selasa, 05 April 2011

[Travel Lomographia]: Thailand Trip

Sebagai monarki yang berhasil bertahan sejak berabad-abad lalu, dan negara berpenduduk Buddha terbanyak di dunia saat ini, Thailand telah berhasil menarik jutaan orang dari penjuru dunia untuk menikmati keunikannya.

Seni budaya dan arsitektur bangunan-bangunan kuno serta religinya merupakan salah satu sisi yang menarik untuk dijelajahi. Objek foto yang tak ada habisnya untuk dieksplor lagi dan lagi.

Foto-foto hasil dari kamera lomo LC-A+ yang diekspos pada film slide positif Kodak Elitechrome iso 100 dan diproses silang berikut ini, berhasil meng-capture keunikan-keunikan tersebut.

Senin, 04 April 2011

Travel Lomographer, sebuah pilihan?


LC-A+ edisi khusus

Buat saya, salah satu hal paling menyenangkan dari acara jalan-jalan adalah memotret.

Sebelumnya saya selalu mengandalkan kamera DLSR untuk kegiatan satu ini, selain karena kemudahannya untuk dikelola lebih lanjut secara artistik dan estetik, juga karena ini adalah jaman digital :-)

Sampai sekitar dua tahun yang lalu, saya menemukan lagi gairah menggunakan kamera analog, setelah saya berkenalan dengan lomografi.

Beberapa orang mungkin agak mencibir dengan bidang fotografi yang satu ini, karena terkesan ecek-ecek alias murahan. Bisa jadi orang berpendapat begitu, karena kamera lomo yang penampilannya kurang meyakinkan dan rata-rata harganya murah. Kalaupun ada yang premium, harganya masih jauh lebih murah dibandingkan kamera DSLR tingkat pemula.

Tapi begitu mencoba, saya jamin akan ketagihan, karena sensasinya berbeda.

Rabu, 30 Maret 2011

[Foto Jurnal]: Chinatown, Singapore

Awalnya foto-foto ini mau saya ikutkan kontes Street Photography di Invisible Photographer Asia (IPA), tapi setelah dicek, ternyata gak masuk spesifikasi persyaratan lomba, karena waktu pengambilannya lebih dari 12 bulan yang lalu. Duh, padahal sejauh ini, foto-foto ini adalah masterpiece dari street photography saya.

So, hikmahnya adalah, saya harus mulai mengumpulkan lagi portfolio street photography yang baru. Rajin-rajin jalan (walaupun mungkin sekedar dalam kota) dan hunting foto-foto lagi, setelah sekian waktu asyik dengan strobist dan studio ...

Minggu, 13 Maret 2011

Wishlist

upgrade kamera ke yang satu ini ...
Canon EOS 5D Mark II

mengeksplore Tibet ...
Istana Potala di Lhasa

mengeksplore Burma, terutama Bagan & Mandalay
Bagan di pagi hari

ikut kursus selam dan menjelajahi dunia bawah laut Indonesia

Moga-moga tercapai ya. Amiiin, amiiin, ya robbal'aalamiin ...

Sabtu, 12 Maret 2011

Evacuation Bag

Guys, kalian pernah dengar gak, soal Evacuation Bag?

Jadi intinya, ini adalah tas yang berisi perlengkapan utama dalam menghadapi keadaan tanggap darurat bencana.

Saya mendapat pengetahuan ini dari seorang teman yang men-share bencana besar yang potensial menimpa Indonesia. Cuma sayangnya, info bencana ini agak sulit untuk dishare secara terbuka, karena diperkirakan bisa menimbulkan chaos.

Tapi gak penting lah untuk membahas bencananya sekarang, kita bahas saja tindakan mitigasi yang masih mungkin kita persiapkan jauh-jauh hari. Salah satunya, ya dengan mempersiapkan evacuation bag ini.

Senin, 07 Maret 2011

Lost in Translation

Saya sudah lupa bagaimana rasanya menjadi buta huruf. Itu sudah lewat bertahun-tahun lalu. Bahkan saya cuma mengalaminya seperlima waktu dari umur saya sekarang, dan saat itupun mungkin dunia saya jauh lebih mengasyikkan dibandingkan mencoba menyelami sensasi buta huruf. Tapi jujur saja, suatu ketika saya pernah ingin merasakan kembali sensasi itu. Kembali buta huruf.

Dengan tingkat consciousness yang sudah berbeda, tentu rasanya juga akan menjadi berbeda. Melihat deretan huruf-huruf yang tidak bisa saya baca, padahal saya tetap harus hidup seperti biasa.

Ya, terlintas juga di pikiran saya, "apakah saya bisa menjalani hidup sama baiknya, kalau saya kembali buta huruf?"

Hal ini penting dan menjadi tantangan tersendiri buat saya.

Sabtu, 05 Maret 2011

Jangan Pernah Percaya Padaku ...

Jika tak sekalipun, kau pernah melihatku mau bersusah payah demi kebahagiaanmu;
Jika tak sekalipun, kau pernah melihatku ikut bersedih dalam dukamu;
Jika tak sekalipun, kau pernah melihatku ikut tersenyum untuk kesuksesanmu;
Jika tak sekalipun, kau pernah melihatku membagi yang kusenangi demi senyumanmu;
Jika tak sekalipun, kau tahu aku memiliki sedikit rasa cemburu;
Jika tak sekalipun, kau percaya aku berdoa demi kebaikanmu;
dan jika sekali saja, aku pernah mengungkit-ungkit apa yang sudah kukorbankan demi dirimu;


maka ...

Jangan pernah percaya padaku, bahwa kumencintaimu.

Travelogue - Thailand (1): Chiang Mai, Mawar dari Utara




di Wat Phra That Doi Suthep
Ini adalah sebagian catatan dari perjalanan nge-trip saya bareng rekan-rekan kerja di bulan february lalu. Rute yang kami ambil adalah: Jakarta - KL - Bangkok - Chiang Mai - Chiang Dow - Chiang Mai- Bangkok - Jakarta, dalam waktu sembilan hari.

Sengaja saya memposting Chiang Mai terlebih dahulu, karena secara pribadi -dan menurut pendapat rekan-rekan yang lainnya-, kota ini adalah yang paling meninggalkan kesan.

Nama Chiang Mai sendiri sudah lama saya dengar. Seingat saya, waktu itu saya masih SD, dan Chiang Mai menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta olahraga ASEAN alias SEA Games.

Chiang Mai yang dikenal dengan sebutan Mawar dari Utara, terletak di sebuah propinsi di bagian utara Thailand, dengan nama yang sama. Sebenarnya ibukotanya disebut Mueang Chiang Mai, namun pada akhirnya cukup disebut Chiang Mai saja.

Sebagai kota terbesar kedua di Thailand, ternyata Chiang Mai tidaklah terlalu besar dan crowded. Dibandingkan dengan Bogor yang entah kota terbesar keberapa di Indonesia pun, Chiang Mai jauh-jauh lebih tenang. Kontras sekali dengan Bangkok yang hiruk pikuk dan panas, dengan ukurannya yang hampir tiga kali luas Jakarta.

Penggambaran yang mudah tentang Chiang Mai adalah, kota dengan suasana gabungan antara Jogja, Bandung dan Pulau Bali. Tenang, penduduknya ramah, berhawa cukup sejuk, tapi terkesan internasional karena wisatawan ada dimana-mana. Pokoknya membuat betah.